Prasasti Blanjong

Prasasti Blanjong

Prasasti Blanjong ~ Jayastambha

Raja Sri Kesari Warmana(ma)

Tahun çaka 835 (913 M)

Bidang    : Batu Padas (Utpala Prasasti)

Sisi A         : Aksara Pra-Nagari // Bahasa Bali Kuna dan Bahasa Sansekerta

Sisi B         : Aksara Bali Kuna // Bahasa Sansekerta

======================================

ALIH AKSARA :

Prasasti Bali I

Roelof Goris

Lembaga Bahasa Dan Budaya Universitas Indonesia 1954

BPCB Bali 2019

Kelompok Pelestari Prasasti Blanjong 2023


Sisi A

1. śākabde śara vahni mūrti gaṇite māse tathā phalguṇe (sārā) ---

2. -- (rā) -- (taki) nasva(kṣā) --- rādhāyajihitivārovinihatyavairini -- h -- ṅ(s) --

3. --- --- (hī) -- (ja)vampuraṅ siṅhadvāla pure (nika) – i -- ya --- ta --- t --

4. // (śa) --- vulan phalguṇa --- --- --- --- śrī kesarī --- --- --- ---

5. --- --- --- raḥ di gurun di s(u)val dahumalahaṅ musuḥdho --- ṅka --- (rana) --- (tah) di kutarā ---

6. nnata --- --- (tabhāja) --- --- kabudhi kabudhi //o//


Sisi B

1. swa(sti) --- --- raṭapratāpamahi --- --- (ha) --- --- ścodayaḥ dhwastārāti tamaścayo (buga)na

2. --- --- samārggaraṅgapriyaḥ padmoboi --- (āṣa)serawira būdhā (ś)ā --- naḥ kṛtiḥ wāli dwīpa ---

3. --- --- (bhayebhīrowi) --- --- (bhe)ri --- na(bhū) pa(śa) (śi)nā(r)ā(g)atwa ---

4. --- --- (tidak terbaca) --- ---

5. --- --- (tidak terbaca) --- ---

6. --- --- (tidak terbaca) --- ---

7. --- --- (tidak terbaca) --- ---

8. --- --- (śa) --- (maśaṅśuta) --- --- --- --- --- --- --- ---

9. --- --- (śepra)yātandīśārssyannantāriṣṛ u --- --- ---

10. // (wija)yarka (ṇḍantaraṇḍ) antā (pe) kabhājobhṛśam // yenā e ---

11. --- --- nbhidyā (ṣaṭa) laṅwidhāyuṅgurubhiḥ sarrundhyaśa trūnyudh(i) ---

12. maha --- ha (dw)ipa rāgrewairimahibhujā(ṅ) ṣṛjutaraḥkamp --- --- ---

13. --- ndre(th)a – r -- (amajasa)pta --- --- ptih samasta samanta adhipatih çri kesari warmmana(ma) ---


ALIH BAHASA :

I Nyoman Kurniawan

Katyagan Dharmakirti 2023


Sisi A

Pada tahun çaka 835 (tahun 913 M), bulan phalguna (januari s/d februari) ---

--- seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia ---

--- --- --- --- beristana di Kota Singhadwala --- --- --- --- --- --- --- ---

// --- --- --- di bulan phalguna --- --- --- Sri Kesari --- --- --- ---

--- --- --- di Gurun dan di S(u)wal, sudah mengalahkan semua musuhnya --- --- ---

inilah yang harus diketahui sampai di masa yang akan datang //o//


Sisi B

Semoga selalu dalam keadaan baik --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- --- tentara singa, Buddha --- --- kesejahteraan Bali Dwipa ---

--- --- --- --- --- genderang perang --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- (tidak terbaca) --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- (tidak terbaca) --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- (tidak terbaca) --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- (tidak terbaca) --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

// kemenangan besar --- --- --- --- --- --- --- --- --- // sehingga ---

--- --- --- --- --- --- --- --- --- musuh --- --- --- --- --- --- --- ---

--- --- --- --- --- ---- ---- ---- pembunuh raja-raja musuh di pulau-pulau --- --- --- ---

--- --- --- --- --- --- --- --- raja penguasa dunia Sri Kesari Warmana(ma) ---


TEMPAT YANG MASIH BISA DIKENALI

1. Gurun = sekarang adalah Gerung di Pulau Lombok.


KETERANGAN

Prasasti Blanjong, memiliki kaitan sangat erat dengan Prasasti Panempahan, Prasasti Malet dan Prasasti Pukuh. Karena isinya sama, yaitu peringatan kemenangan perang raja Sri Kesari Warmana(ma), serta dikeluarkan di waktu yang sama, yaitu bulan phalguna (januari s/d februari) tahun çaka 835 (tahun 913 M).

Blanjong adalah sebuah desa pelabuhan dagang kuna. Hanya saja, nama kuna dari Blanjong belum bisa diketahui.

Berdasarkan temuan berbagai artefak barang dagangan dalam ekskavasi situs-situs kuna di daerah Pantai Mertasari dan Pantai Semawang, dapat diketahui bahwa Blanjong sudah menjadi desa pelabuhan dagang, sejak sebelum periode tahun 900 Masehi (sebelum Prasasti Blanjong). Serta bahwa Blanjong terus menjadi desa pelabuhan dagang sampai dengan periode tahun 1700 Masehi. Pada periode inilah Blanjong berhenti menjadi pelabuhan dagang. Tapi apa sebabnya, belum bisa diketahui secara pasti.

Dari adanya pelabuhan dagang di Blanjong, berarti kegiatan perdagangan maritim tidak hanya aktif di pesisir utara Pulau Bali, tapi juga aktif di pesisir selatan Pulau Bali.


ULASAN TENTANG RAJA SRI KESARI WARMANA(MA)

1. KESALAHAN PEMBACAAN NAMA

Raja Sri Kesari Warmana(ma) sering disebut sebagai raja Sri Kesari Warmadewa, padahal tidak ada prasasti yang mencatat nama beliau demikian.

Dalam Prasasti Panempahan, Prasasti Malet dan Prasasti Pukuh, hanya menyebut nama singkat beliau saja, yaitu raja “Sri Kesari”. Sesungguhnya, hanya Prasasti Blanjong yang menyebut nama beliau dengan lengkap, yaitu raja “Sri Kesari Warmana(ma)”.

Karena dalam pembacaan ulang prasasti Blanjong, setelah huruf “mma”, adalah huruf “na” dan bukan “de”, karena tidak ada taleng di depannya. Sehingga bacaan benarnya adalah Sri Kesari Warmana. Jika diperkirakan lengkapnya (termasuk aksara yang tidak bisa terbaca di belakangnya) adalah “Sri Kesari Warmana(ma)".


Pembacaan ulang Prasasti Blanjong


2. RAJA ASLI BALI

Saya membantah keras pendapat bahwa raja Sri Kesari Warmana(ma) adalah raja dari luar yang menginvasi Kerajaan Bali Dwipa. Teori ini begitu gegabah, bias dan tendensius. Saya yakin yang membuat pendapat demikian, tidak pernah mendalami prasasti-prasasti Bali yang beraksara Bali kuna dan berbahasa Bali kuna. 

Pendapat seperti ini muncul, karena dalam Prasasti Blanjong, raja Sri Kesari Warmana(ma) dianggap bergelar Adipati. Akan tetapi, gelar “adipati” yang digunakan raja Sri Kesari Warmana(ma), tidak bisa disamakan dengan konsep gelar adipati yang diberlakukan dalam konsep monarki di Pulau Jawa ratusan tahun kemudian.

Pertama, dalam bahasa sansekerta, gelar “adipati” berarti seorang penguasa, raja, atau seorang pemimpin perang. Dalam konteks prasasti Blanjong, gelar ini digunakan, karena raja Sri Kesari Warmana(ma) memimpin sendiri pasukan tentaranya dalam peperangan. Lengkapnya adalah “ptih samasta samanta adhipatih”, yaitu “raja (pemimpin pasukan perang) penguasa dunia”.

Kedua, karena adanya kata “parhajyan sri kesari” dalam prasasti Jayastambha lainnya, yang berarti kerajaan Sri Kesari yang independen.

Ketiga, adanya kalimat “seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia” (seorang raja Cakrawartin) dalam Prasasti Blanjong, yang jelas menyatakan bahwa raja Sri Kesari Warmana(ma) adalah raja Kerajaan Bali Dwipa yang independen.

Logikanya, acuan paling utama untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di Kerajaan Bali Dwipa, sudah pasti adalah prasasti-prasasti Bali itu sendiri.

Raja Sri Kesari Warmana(ma) adalah raja Kerajaan Bali Dwipa, seorang raja asli Bali.

Terdapat beberapa dasar dari hal ini.

1. Prasasti-prasasti tembaga sebelum empat prasasti batu Jayastambha, ditulis memakai aksara Bali kuna dan bahasa Bali kuna. Dengan cara penulisan prasasti yang sangat khas Bali dan tidak ada di tempat lainnya.

Setelah empat prasasti batu Jayastambha, prasasti-prasasti tembaga tetap ditulis memakai aksara Bali kuna dan bahasa Bali kuna. Serta tetap dengan cara penulisan prasasti yang sangat khas Bali dan tidak ada di tempat lainnya.

Artinya tidak pernah ada penguasaan Pulau Bali oleh kerajaan dari luar.

2. Prasasti-prasasti tembaga sebelum dan setelah empat prasasti batu Jayastambha, nama-nama pejabatnya tetap sama. Termasuk dalam Prasasti Munduk Temu AI, yang memiliki angka tahun sama dengan empat prasasti batu Jayastambha (tahun 913 M). Yang berarti tidak pernah ada pergantian kekuasaan dari luar.

Dalam Prasasti Les (905 M), Prasasti Trunyan AI (911 M) dan Prasasti Trunyan B (911 M), yaitu sebelum empat Prasasti Jayastambha, nama pejabatnya sama. Pejabat (Senapati) Sarbwa adalah Dyah Sanat atau Kumpi Dyah Sanat, pejabat (Senapati) Dinganga adalah Cakra dan pejabat Nayakan Makarun adalah Cagu.

Dalam Prasasti Munduk Temu AI (913 M), tahun yang sama dengan empat Prasasti Jayastambha, yang berubah nama pejabatnya hanya pejabat Nayakan Makarun saja. Pejabat (Senapati) Sarbwa adalah Dyah Sanat Kumara, pejabat (Senapati) Dinganga adalah Cakra dan pejabat Nayakan Makarun adalah Kumpi Tanggap.

Dalam Prasasti Gobleg (Air Tabar) AI (914 M), yaitu setelah empat Prasasti Jayastambha, nama pejabatnya sama. Pejabat (Senapati) Sarbwa adalah Dyah Sanat Kumara, pejabat (Senapati) Dinganga adalah Cakra dan pejabat Nayakan Makarun adalah Cagu.

Tidak adanya pergantian pejabat, berarti tidak pernah ada pergantian kekuasaan dari luar.

Bahkan dalam masa pemerintahan penerus dari raja Sri Kesari Warmana(ma), yaitu raja Sri Ugrasena, ada pejabat yang menetap dan ada pejabat yang naik jabatan. Yaitu Cakra yang tetap menjabat sebagai (Senapati) Dinganga dalam Prasasti Penida Kelod. Serta Gowinda yang menjabat sebagai Manyuratang Ajna dalam Prasasti Bebetin AI, kemudian naik jabatan sebagai sebagai (Senapati) Dinganga dalam Prasasti Sembiran AI (Julah) dan Prasasti Pengotan AI.

3. Setelah empat prasasti batu Jayastambha, tidak terlihat ada perubahan apapun di Pulau Bali. Hal ini bisa kita perhatikan dalam isi catatan semua prasasti tembaga.

Artinya tidak pernah ada pergantian kekuasaan dari luar.


3. PRASASTI TANPA MENYEBUT NAMA RAJA/RATU

Prasasti-prasasti tembaga yang tidak menyebut nama raja/ratu, sebagian itu dikeluarkan oleh raja Sri Kesari Warmana(ma). Tidak tercantumnya nama raja/ratu, semata karena dalam cara awal pembuatan Kerajaan Bali Dwipa, memang dirasa tidak perlu menyebut nama raja/ratu.

Raja Sri Kesari Warmana(ma) baru merasa penting untuk menyebutkan namanya, dalam empat prasasti batu berjenis Jayastambha (pilar untuk memperingati kemenangan). Hal ini karena konteks prasastinya berbeda, serta ada unsur kemenangan perang, yang tentu diperlukan menyebut siapa nama raja yang memenangkan perang tersebut. Tapi kemudian, raja Sri Kesari Warmana(ma) menjadi pelopor penyebutan nama raja dalam prasasti Kerajaan Bali Dwipa.

Penerus dari raja Sri Kesari Warmana(ma) adalah raja Sri Ugrasena. Dalam prasastinya, ada kemungkinan raja Sri Ugrasena juga menyebut hanya nama pendeknya saja (tidak lengkap). Sebagaimana raja Sri Kesari Warmana(ma) di dalam Prasasti Panempahan, Prasasti Malet dan Prasasti Pukuh, yang hanya menyebut namanya dengan “Sri Kesari” saja. Demikian juga dengan raja Sri Ugrasena hanya menyebut nama pendeknya saja.


ULASAN PRASASTI





Prasasti Blanjong, adalah prasasti berjenis Jayastambha (pilar batu untuk memperingati kemenangan perang), yang berisi catatan peristiwa sejarah tentang kemenangan raja Sri Kesari Warmana(ma) dalam peperangan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada antara bulan januari s/d februari tahun 913 M, Kerajaan Bali Dwipa terlibat dalam suatu peperangan, dipimpin oleh raja Sri Kesari Warmana(ma).

Sebab-sebab terjadinya dan melawan siapa, dalam peperangan ini, belum bisa diketahui pasti. Tapi kita bisa melakukan kajian terhadap peristiwa ini. Dimana terdapat 2 hal penting yang perlu dikaji terkait peperangan ini.

1. Tiga prasasti Jayastambha ada di Pukuh, serta di dua lokasi lain yang jaraknya sangat berdekatan, yaitu di Panempahan dan di Malet. Ketiga prasasti ini terpusat di bagian tengah Pulau Bali, serta menyebutkan sudah mengalahkan musuh hingga ke utara. Hal ini menunjukkan peperangan terjadi di dalam wilayah Kerajaan Bali Dwipa, yaitu dari bagian tengah Pulau Bali, hingga ke pesisir pantai utara Pulau Bali.

2. Satu lagi prasasti Jayastambha ada di Blanjong, yaitu pelabuhan dagang di bagian selatan Pulau Bali. Serta mencatat raja Sri Kesari Warmana(ma) beserta pasukan tentaranya pergi berlayar untuk menyerang Gurun dan Suwal. Gurun jaman sekarang adalah Gerung di Pulau Lombok. Sedangkan lokasi Suwal belum bisa diketahui. Tapi pada intinya peperangan ini terjadi diluar wilayah Kerajaan Bali Dwipa. 

Dari kajian ini, hipotesa yang bisa saya ajukan, terjadinya peperangan ini, karena ada musuh (dari Gurun dan Suwal) yang menyerang Kerajaan Bali Dwipa, dengan berlabuh (mendarat) dari desa pelabuhan dagang di pesisir pantai utara Pulau Bali, kemudian terus masuk menyerang hingga bagian tengah Pulau Bali. Tapi raja Sri Kesari Warmana(ma) beserta pasukan tentaranya berhasil mengalahkan serangan musuh (dari Gurun dan Suwal) ini.

Siapakah musuh dari Gurun dan Suwal ini ? Terdapat dua kemungkinan.

1. Kemungkinan paling mendekati, Gurun dan Suwal merupakan kerajaan lain yang menyerang Kerajaan Bali Dwipa. Sebab dari penyerangan ini, kemungkinan karena persaingan dagang dalam menguasai pasar rempah-rempah yang berasal dari wilayah Maluku.

2. Untuk kemungkinan yang lainnya, merupakan serangan perompakan yang berbasis di Gurun dan Suwal. Hal ini berdasarkan Prasasti Bebetin AI tahun 896 M, Prasasti Sembiran AI (Julah) tahun 922 M dan Prasasti Sembiran AII (Julah) tahun 975 M, yang mencatat terjadinya peristiwa perompakan dari luar (melalui laut) terhadap desa-desa pelabuhan dagang di pesisir utara Kerajaan Bali Dwipa, karena penduduknya yang kaya. 

Setelah berhasil mengalahkan serangan musuh ini, kemudian raja Sri Kesari Warmana(ma) beserta pasukan tentaranya mengadakan serangan balasan. Melalui pelabuhan dagang di Blanjong, pergi berlayar naik kapal untuk menyerang balik ke tempat asal musuh tersebut, yaitu ke Gurun dan ke Suwal. 


24 April 2024, I Nyoman Kurniawan


Kembali Ke Halaman Depan

Postingan populer dari blog ini

PRASASTI BALI

Prasasti Sukawana AI